Skip to main content

Hari ke Sekian di Hutan

Aku masih tersesat di tengah hutan yang gelap dan mengerikan. Aku lelah. Entah berapa kali aku berpikir untuk kembali ke rumah yang sudah rusak di dalam hutan ini, tapi aku ingat rumah itu sudah rusak.

Aku pelan-pelan berusaha mengalihkan pikiran ku dari rumah itu. Aku belajar cara bertahan hidup. Berburu, membuat api, menangkap ikan di sungai, membuat bivak untuk berisitahat. Melelahkan, tapi setidaknya aku belajar sesuatu. Badang ku penuh luka, sakit dimana-mana, tapi semakin hari aku merasa lebih baik. Aku sempat berpikir, apakah dengan aku yang sekarang, aku mampu memperbaiki rumah itu? Aku sudah lebih tangkas sekarang. Tapi aku juga sudah lupa jalan ke rumah itu. Rumah itu sudah terlalu jauh di dalam hutan, jauh dari jangkauanku.

Kadang aku melihat cahaya di hutan yang gelap ini. Aku pikir itu jalan keluar. Sayangnya bukan. Aku masih harus di hutan ini, bertahan hidup, membayangkan rumah ku yang berikutnya, yang ku harap lebih nyaman dan tidak mudah rusak.

Comments

Popular posts from this blog

Day xx of Quarantine.

Aku sangat setuju kalau setiap hal itu punya dua sisi. Sisi negatif dan Positif. Yin dan Yang. Menurut aku hidup itu Yin dan Yang. Selalu ada sedikit hal positif dalam sesuatu, yang mungkin sangat-sangat negatif. Begitu juga sebaliknya, akan ada selalu titik negatif, dalam hal-hal yang sangat positif. Aku bisa kasih contoh, misalnya kasus kejahatan teroris, ini sangat ekstrim sih. Kalau kita mendengar tentang teroris pasti tanggapan mu langsung negatif. Bukan berarti aku membenarkan tindakan teroris ya, tapi aku bisa memaksakan untuk mencari sesuatu yang positif dalam terorisme, sesuatu yang sangat sangat negatif bagi hampir semua orang termasuk aku. Aku bilang hampir semua orang, karena pasti menurut teroris itu sendiri, ini bukan hal yang negatif kan? Menurut ku, orang yang melakukan tindakan terorisme adalah orang yang egois dan tidak punya hati, atau mungkin mereka tidak punya otak juga. Aku bisa bilang kalau terorisme bisa mengurangi jumlah penduduk yang membludak. Terorisme jug

Aku, Kamu, dan Orang-orang.

Kamu tau gak, kenapa aku suka mabuk? Tolong jangan bayangkan club-club dengan lampu-lampu disko dan pakaian seksi dulu. Aku mabuk di kamar, sendiri. Abang ku bingung waktu tau aku beli alkohol buat diminum sendiri di kamar, menurut dia aneh, tapi aku tetap suka. Kenapa? Mabuk itu seperti menyatukan pikiran mu, dan menemukan jalan keluar yang baik. Ah kamu bingung ya? Jadi, kalau aku sadar, aku hampir sebal dengan semua hal. Banyak hal yang ku proses dengan negatif tanpa mempertimbangkan sisi positif. Otak ku rasanya buntu, aku rasanya lelah dan marah. Kalau aku mabuk, sisi negatif otak ku seperti mau bekerja sama dengan sisi positifnya, menghasilkan pikiran-pikiran yang lebih baik, bahkan untuk bekerja. Aku pernah hampir membeli flask hip (kalau kamu gak tau ini apa, tolong googling), dan membawa alkohol kemana pun aku pergi, dan menegaknya waktu aku merasa terlalu nervous. Untungnya aku sadar itu akan membuat aku menjadi seorang alkoholik parah, meskipun mungkin sedikit berguna. Tapi

Cerita Tentang Aku dan Rumahku di Tengah Hutan.

Aku sedang merangkak, pelan-pelan, berusaha keluar dari tempat yang tadinya ku kira rumah. Aku salah, entah waktu itu aku buta atau kenapa. Rumah ini ada di tengah hutan. Aku tidak ingat kenapa aku bisa menemukan rumah ini. Rasanya waktu itu aku sedang melakukan perjalanan yang menyenangkan dan tiba-tiba menemukan rumah yang langsung membuatku jatuh cinta. Awalnya aku melihat tempat ini sebagai rumah yang nyaman, tempat aku bisa bersenang-senang dan beristirahat. Aku menjaga rumah ini baik-baik. Berusaha memperbaiki atapnya yang bocor, jendelanya yang retak, pagarnya yang rusak. Banyak hal-hal kecil yang sering rusak, tapi itu tidak terlalu menggangguku. Yang sedikit mengganggu adalah rumah ini selalu rusak. Aku pikir itu semua hanya kerusakan-kerusakan kecil yang bisa ku perbaiki. Ternyata aku salah. Kamu tau? ini bukan rumah yang nyaman. Tiba-tiba aku bisa melihat rumah ini secara keseluruhan, dan rumah ini bobrok, bekas ditinggal pemiliknya yang dulu. Bahkan barang-barang pemilik