Skip to main content

Di Satu Siang yang Dingin

Siang ini dingin. Jendelaku terbuka lebar, dan angin masuk sejuk sekali. Siang ini hujan, tidak panas seperti biasanya. Siang ini bukan siang yang biasanya.

Biasanya setiap siang aku masih mikirin kamu. Tanpa sadar aku menunggu kamu menghubungi aku, aku mau lihat usaha kamu. Sayangnya, aku terlalu berharap. Kamu akhirnya gak pernah muncul buat kasih aku kabar. Aku selalu pikir kamu lagi sibuk, dan tanpa sadar jadinya nungguin kamu. Pura-pura sibuk, berusaha mendistraksi pikiranku, tapi padahal isi kepalaku hanya kamu. Ku lempar HPku jauh-jauh, lalu lima menit kemudian aku cari-cari alasan lagi untuk melihat HPku. Aku bahkan uninstall satu-satunya aplikasi yang menghubungkan kita, tapi tidak pernah bertahan lebih dari satu jam. Aku pikir aku berhasil melupakan kamu, aku pikir aku baik-baik saja. Padahal nyatanya, aku hanya menghabiskan waktu menunggu kamu, dan ternyata aku gak pernah berhenti berharap!

Siang ini berbeda. Satu drama korea yang lagi hits dan baru saja tamat mengajarkan aku sesuatu, kalau aku gak bisa mengorbankan hidupku untuk selalu takut. Aku gak bisa hidup gak tenang selamanya sama kamu, meskipun aku sayang kamu. Aku gak bisa selalu berharap kamu berubah, kamu lebih menghargain aku, kamu lebih prioritasin aku daripada perempuan-perempuan lain. Aku gak bisa punya obsesi itu terus, karena kamu gak akan kayak gitu.

Ah kamu tau yang paling mengejutkan? aku selalu bilang kalau kamu sempurna, tapi kamu punya satu kekurangan. Aku pikir selama ini aku bertahan bukan sepenuhnya aku sayang kamu. Aku memang sayang, tapi jadinya aku juga punya obsesi. Obsesi untuk melihat kamu berubah, obsesi agar kamu jujur sama aku. Aku pikir aku selalu yakin kalau kamu baik, padahal mungkin itu hanya bagian dari obsesiku. Ternyata sendirinya aku gak setulus itu sama kamu.

Siang ini adalah awal yang sangat kuat dan meyakinkan, kalau aku memang harus pergi.

Comments

Popular posts from this blog

Day xx of Quarantine.

Aku sangat setuju kalau setiap hal itu punya dua sisi. Sisi negatif dan Positif. Yin dan Yang. Menurut aku hidup itu Yin dan Yang. Selalu ada sedikit hal positif dalam sesuatu, yang mungkin sangat-sangat negatif. Begitu juga sebaliknya, akan ada selalu titik negatif, dalam hal-hal yang sangat positif. Aku bisa kasih contoh, misalnya kasus kejahatan teroris, ini sangat ekstrim sih. Kalau kita mendengar tentang teroris pasti tanggapan mu langsung negatif. Bukan berarti aku membenarkan tindakan teroris ya, tapi aku bisa memaksakan untuk mencari sesuatu yang positif dalam terorisme, sesuatu yang sangat sangat negatif bagi hampir semua orang termasuk aku. Aku bilang hampir semua orang, karena pasti menurut teroris itu sendiri, ini bukan hal yang negatif kan? Menurut ku, orang yang melakukan tindakan terorisme adalah orang yang egois dan tidak punya hati, atau mungkin mereka tidak punya otak juga. Aku bisa bilang kalau terorisme bisa mengurangi jumlah penduduk yang membludak. Terorisme jug

Aku, Kamu, dan Orang-orang.

Kamu tau gak, kenapa aku suka mabuk? Tolong jangan bayangkan club-club dengan lampu-lampu disko dan pakaian seksi dulu. Aku mabuk di kamar, sendiri. Abang ku bingung waktu tau aku beli alkohol buat diminum sendiri di kamar, menurut dia aneh, tapi aku tetap suka. Kenapa? Mabuk itu seperti menyatukan pikiran mu, dan menemukan jalan keluar yang baik. Ah kamu bingung ya? Jadi, kalau aku sadar, aku hampir sebal dengan semua hal. Banyak hal yang ku proses dengan negatif tanpa mempertimbangkan sisi positif. Otak ku rasanya buntu, aku rasanya lelah dan marah. Kalau aku mabuk, sisi negatif otak ku seperti mau bekerja sama dengan sisi positifnya, menghasilkan pikiran-pikiran yang lebih baik, bahkan untuk bekerja. Aku pernah hampir membeli flask hip (kalau kamu gak tau ini apa, tolong googling), dan membawa alkohol kemana pun aku pergi, dan menegaknya waktu aku merasa terlalu nervous. Untungnya aku sadar itu akan membuat aku menjadi seorang alkoholik parah, meskipun mungkin sedikit berguna. Tapi

Cerita Tentang Aku dan Rumahku di Tengah Hutan.

Aku sedang merangkak, pelan-pelan, berusaha keluar dari tempat yang tadinya ku kira rumah. Aku salah, entah waktu itu aku buta atau kenapa. Rumah ini ada di tengah hutan. Aku tidak ingat kenapa aku bisa menemukan rumah ini. Rasanya waktu itu aku sedang melakukan perjalanan yang menyenangkan dan tiba-tiba menemukan rumah yang langsung membuatku jatuh cinta. Awalnya aku melihat tempat ini sebagai rumah yang nyaman, tempat aku bisa bersenang-senang dan beristirahat. Aku menjaga rumah ini baik-baik. Berusaha memperbaiki atapnya yang bocor, jendelanya yang retak, pagarnya yang rusak. Banyak hal-hal kecil yang sering rusak, tapi itu tidak terlalu menggangguku. Yang sedikit mengganggu adalah rumah ini selalu rusak. Aku pikir itu semua hanya kerusakan-kerusakan kecil yang bisa ku perbaiki. Ternyata aku salah. Kamu tau? ini bukan rumah yang nyaman. Tiba-tiba aku bisa melihat rumah ini secara keseluruhan, dan rumah ini bobrok, bekas ditinggal pemiliknya yang dulu. Bahkan barang-barang pemilik