Skip to main content

Posts

Di Satu Siang yang Dingin

Siang ini dingin. Jendelaku terbuka lebar, dan angin masuk sejuk sekali. Siang ini hujan, tidak panas seperti biasanya. Siang ini bukan siang yang biasanya. Biasanya setiap siang aku masih mikirin kamu. Tanpa sadar aku menunggu kamu menghubungi aku, aku mau lihat usaha kamu. Sayangnya, aku terlalu berharap. Kamu akhirnya gak pernah muncul buat kasih aku kabar. Aku selalu pikir kamu lagi sibuk, dan tanpa sadar jadinya nungguin kamu. Pura-pura sibuk, berusaha mendistraksi pikiranku, tapi padahal isi kepalaku hanya kamu. Ku lempar HPku jauh-jauh, lalu lima menit kemudian aku cari-cari alasan lagi untuk melihat HPku. Aku bahkan uninstall satu-satunya aplikasi yang menghubungkan kita, tapi tidak pernah bertahan lebih dari satu jam. Aku pikir aku berhasil melupakan kamu, aku pikir aku baik-baik saja. Padahal nyatanya, aku hanya menghabiskan waktu menunggu kamu, dan ternyata aku gak pernah berhenti berharap! Siang ini berbeda. Satu drama korea yang lagi hits dan baru saja tamat mengajarka
Recent posts

Hari ke Sekian di Hutan

Aku masih tersesat di tengah hutan yang gelap dan mengerikan. Aku lelah. Entah berapa kali aku berpikir untuk kembali ke rumah yang sudah rusak di dalam hutan ini, tapi aku ingat rumah itu sudah rusak. Aku pelan-pelan berusaha mengalihkan pikiran ku dari rumah itu. Aku belajar cara bertahan hidup. Berburu, membuat api, menangkap ikan di sungai, membuat bivak untuk berisitahat. Melelahkan, tapi setidaknya aku belajar sesuatu. Badang ku penuh luka, sakit dimana-mana, tapi semakin hari aku merasa lebih baik. Aku sempat berpikir, apakah dengan aku yang sekarang, aku mampu memperbaiki rumah itu? Aku sudah lebih tangkas sekarang. Tapi aku juga sudah lupa jalan ke rumah itu. Rumah itu sudah terlalu jauh di dalam hutan, jauh dari jangkauanku. Kadang aku melihat cahaya di hutan yang gelap ini. Aku pikir itu jalan keluar. Sayangnya bukan. Aku masih harus di hutan ini, bertahan hidup, membayangkan rumah ku yang berikutnya, yang ku harap lebih nyaman dan tidak mudah rusak.

Sebuah Esai tentang Kehilangan

Kenapa banyak manusia yang tidak terbiasa dengan kehilangan? Pasti butuh waktu untuk menyesuaikan diri, hidup tanpa sesuatu yang hilang tersebut. Kenapa masih ingin memiliki kalau tau suatu hari nanti akan hilang? Belakangan ini, aku kehilangan banyak. Salah satunya, seseorang yang tadinya selalu ada. Seseorang yang tadinya terasa sempurna. Aku bahkan kehilangan pengelihatanku akan dia, aku tidak bisa melihat dia sempurna lagi. Aku pikir sosok yang tadinya sempurna itu sudah hilang, atau memang tidak pernah ada. Entah ilusi apa yang muncul di kepalaku waktu itu. Aku masih tidak percaya kalau orang itu tidak ada lagi. Ekspetasi, asumsi, dan harapan akan orang itu seperti kehilangan arah, lalu jatuh dan kesakitan. Aku rasanya juga ingin hilang, beserta ingatan-ingatan akan dia. Tidak nyaman rasanya berada di tubuh ini, yang setiap detiknya selalu mencari dia. Aku tidak bisa menemukan dia lagi, yang ada hanya sosoknya yang lain, yang berbeda dan mengerikan. Sebelum aku sadar dia benar

Cerita Tentang Aku dan Rumahku di Tengah Hutan.

Aku sedang merangkak, pelan-pelan, berusaha keluar dari tempat yang tadinya ku kira rumah. Aku salah, entah waktu itu aku buta atau kenapa. Rumah ini ada di tengah hutan. Aku tidak ingat kenapa aku bisa menemukan rumah ini. Rasanya waktu itu aku sedang melakukan perjalanan yang menyenangkan dan tiba-tiba menemukan rumah yang langsung membuatku jatuh cinta. Awalnya aku melihat tempat ini sebagai rumah yang nyaman, tempat aku bisa bersenang-senang dan beristirahat. Aku menjaga rumah ini baik-baik. Berusaha memperbaiki atapnya yang bocor, jendelanya yang retak, pagarnya yang rusak. Banyak hal-hal kecil yang sering rusak, tapi itu tidak terlalu menggangguku. Yang sedikit mengganggu adalah rumah ini selalu rusak. Aku pikir itu semua hanya kerusakan-kerusakan kecil yang bisa ku perbaiki. Ternyata aku salah. Kamu tau? ini bukan rumah yang nyaman. Tiba-tiba aku bisa melihat rumah ini secara keseluruhan, dan rumah ini bobrok, bekas ditinggal pemiliknya yang dulu. Bahkan barang-barang pemilik

Setelah Jam 12 Malam

Kalau kamu baca judul ini dan berharap cerita ini adalah cerita horror, maaf kamu harus kecewa. Ini bukan cerita horror. Sebelum aku menjelaskan tentang apa cerita ini, aku mau tanya dulu sama kamu. Menurut kamu, kapan waktu paling tenang dalam satu hari? Kalau buat aku, waktu paling tenang adalah ketika sudah lewat tengah malam. Setelah jam 12 malam adalah waktu ku dan diri ku sendiri, tidak perlu memikirkan orang lain. Aku di kamar ku, personal space ku, dan hanya ada aku. Gak akan ada yang tiba-tiba masuk ke kamar ku setelah jam 12 malam. Aku gak tau kalau nanti aku sudah menikah bagaimana. Maksud ku, suami ku akan selalu tidur di sebelah ku kan? Kalau sekarang, setelah jam 12 malam aku bisa memilih untuk mengabaikan chat atau telepon yang masuk, kecuali kalau aku tau itu sangat penting, tapi itu jarang. Setelah jam 12 malam aku bisa melakukan apa pun yang ku suka, tanpa takut diganggu oleh mama ku yang tiba-tiba manggil aku dari luar, atau papa ku yang berisik ngomelin anjing-anji

Aku, Kamu, dan Orang-orang.

Kamu tau gak, kenapa aku suka mabuk? Tolong jangan bayangkan club-club dengan lampu-lampu disko dan pakaian seksi dulu. Aku mabuk di kamar, sendiri. Abang ku bingung waktu tau aku beli alkohol buat diminum sendiri di kamar, menurut dia aneh, tapi aku tetap suka. Kenapa? Mabuk itu seperti menyatukan pikiran mu, dan menemukan jalan keluar yang baik. Ah kamu bingung ya? Jadi, kalau aku sadar, aku hampir sebal dengan semua hal. Banyak hal yang ku proses dengan negatif tanpa mempertimbangkan sisi positif. Otak ku rasanya buntu, aku rasanya lelah dan marah. Kalau aku mabuk, sisi negatif otak ku seperti mau bekerja sama dengan sisi positifnya, menghasilkan pikiran-pikiran yang lebih baik, bahkan untuk bekerja. Aku pernah hampir membeli flask hip (kalau kamu gak tau ini apa, tolong googling), dan membawa alkohol kemana pun aku pergi, dan menegaknya waktu aku merasa terlalu nervous. Untungnya aku sadar itu akan membuat aku menjadi seorang alkoholik parah, meskipun mungkin sedikit berguna. Tapi

Day xx of Quarantine.

Aku sangat setuju kalau setiap hal itu punya dua sisi. Sisi negatif dan Positif. Yin dan Yang. Menurut aku hidup itu Yin dan Yang. Selalu ada sedikit hal positif dalam sesuatu, yang mungkin sangat-sangat negatif. Begitu juga sebaliknya, akan ada selalu titik negatif, dalam hal-hal yang sangat positif. Aku bisa kasih contoh, misalnya kasus kejahatan teroris, ini sangat ekstrim sih. Kalau kita mendengar tentang teroris pasti tanggapan mu langsung negatif. Bukan berarti aku membenarkan tindakan teroris ya, tapi aku bisa memaksakan untuk mencari sesuatu yang positif dalam terorisme, sesuatu yang sangat sangat negatif bagi hampir semua orang termasuk aku. Aku bilang hampir semua orang, karena pasti menurut teroris itu sendiri, ini bukan hal yang negatif kan? Menurut ku, orang yang melakukan tindakan terorisme adalah orang yang egois dan tidak punya hati, atau mungkin mereka tidak punya otak juga. Aku bisa bilang kalau terorisme bisa mengurangi jumlah penduduk yang membludak. Terorisme jug